Friday, March 17, 2006

Porno di Papua, Industrialisasi Porno, Porno ditepi rel KA













Porno di Papua

karena ketertinggalan di dalam bidang ekonomi,
membuat sektor ekonomi, budaya, dan aspek lainnya bagi rakyat Papua
tidak beranjak maju.
Bagi pengelola industri wisata,
ketertinggalan ini bisa juga dijadikan barang jualan--obyek wisata!
Bagi aktivis pengusung hak-hak masyarakat adat,
keanekaragaman ini bisa juga dilindungi
karena frustasi tak sanggup menahan ancaman MNC-TNC
meski mereka tahu betul, dalam adat, patriarki lebih berkuasa!

Industrialisasi Porno,
karena krisis kapitalisme (overproduksi) atas sektor-sektor industri,
maka modal membutuhkan variasi lapangan usaha yang lebih luas.
Keluar dari lapangan produktivitas yang "normal",
modal pun masuk ke lapangan baru,
mengindustrialisasi porno.
Inilah porno di perkotaan.

Dalam (Trouble with capitalism, Michael Shutt), pornografi
diterima sebagai industrialisasi di AS sejak tahun 1970-an, menyusul
mulai jenuhnya (overproduksi) sektor-sektor produksi "normal".

Hal yang sama juga dikritik secara sekilas oleh Michael Moore,
dalam film dokumenter "Bowling for Columbine",
industri senjata dan retail menjual peluru di pasar-pasar (supermarket),
seperti kacang.
Karena modal menuntut lapangan/sektor usaha yang lebih luas,
karena sektor yang lebih produktif,
sudah terlebih dahulu mengalami kesulitan dalam pelemparan hasil produksi
(akibat overproduksi, yang selalu berbarengan dengan kelemahan daya beli).

Porno di tepi rel kereta api,
karena lapangan kerja di sektor produktif makin sempit;
biaya pendidikan yang tinggi membuat perempuan-perempuan
banyak tidak memiliki resources dan akses, masuk ke jalur pendidikan,
sebagai tiket masuk ke sektor ekonomi produktif.
Jangankan mereka yang tidak punya pendidikan,
yang setengah berpendidikan atau menyandang gelar sarjana saja
banyak resah atas kelangsungan kerjanya.

Sementara, tanpa ampun, pemerintah dengan kebijakan neoliberal terus
maju dengan dada gagah, mengimplementasikan kebijakan neoliberal:
menaikkan harga BBM, Listrik, Pendidikan, dan lain-lain.

"Pendidikan memang mahal" kata Bambang Soedibyo.
"Yang tidak sanggup beli gas, tidak udah membeli", kata Aburizal Bakrie.

Tidakkah dengan kebijakan ini akan mendorong pornografi juga?

Sementara itu, salah satu ormas keagamaan sibuk men-sweeping daerah
pelacuran

Aku tidak sepakat dengan pornografi, namun itu hanya ekses.
Aku lebih tak sepakat dengan pemiskinan!
Peyebabnya akibat sistem ekonomi lah yang pertama harus dituntaskan.
Dan untuk itu, aku harus memiliki instrumen kekuatan politik, karena
Pemerintah tidak akan pernah peduli panjang atas penyebab pornografi.

"Para pelacur, sebentar lagi listrik naik. Kau mau lembur?"
"Para pelacur, akan ada RUU APP!" Kau mau apa?"

Setan Betina?

Dari sekian banyak sejarah penciptaan
Hanya satu yang menurutku paling menarik,
bisa jadi ini adalah kebenaran.

Pasangan pertama Adam adalah Lilith
Ia diciptakan BUKAN dari tulung rusuk Adam
melainkan sama dari tanah pada waktu yang bersamaan.
Namun Lilith menolak untuk menjadi partner apalagi menjadi pelayan Adam,
maka ia meninggalkan Adam dan kemudian memilih berkoalisi dengan Iblis.

Mmh, dalam konteks kekinian
mungkin aku salah seorang keturunan Lilith
and bangga karenanya


Pesan Murahan

Duhai para aktifis lembaga non profit
Mudah-mudahan segera kalian tersadar
Telah menjadi;
Parasit kaum borjuis
PLUS
Parasit kaum proletar
.

Layak untuk dienyahkan!
Inilah kelompok masyarakat yang paling aman meski dalam hantaman badai krisis situasi politik atau ekonomi, karena tabiatnya yang oportunis sejati.


Radikalisasi Hanyalah Mimpi


Aktifis-aktifis militan dan terbaik, diberi konsesi untuk mengikuti berbagai macam konferensi didalam atau diluar negeri sembari menenteng-nenteng laptop termahal sehingga lupa untuk bersentuhan dengan massa rakyat dan entah mengapa memiliki pendekatan yang tidak lagi progresif, kurang kritis dan menjadi hobi bekerja sama dengan pemerintah lokal in the name of participatory, partnership.

(inspired by Petras)